Nabi Muhammad adalah teladan bagi kaum muslim, akhirnya banyak orang berlomba-lomba untuk mengikuti jejaknya. Namun banyak orang hanya sepotong-potong dalam menelaah ilmu yang diajarkan oleh junjungannya akhirnya terjadilah penyimpangan dan salah kaprah karena kesombongan, ataupun pembenaran yang dilihat hanya dalam 1 sudut pandang saja sebagai manusia biasa. Salah satunya mengenai poligami.
Disatu sisi orang hanya meniru sikap nabi Muhammad SAW pada saat itu yang beristri banyak tetapi tidak meniru tujuan, makna dan hasil yang ingin dicapai beliau saat itu., yaitu menyelamatkan wanita. Bagaimanapun pada zaman itu wanita sering dianggap rendah oleh laki-laki.
Khadijah adalah wanita mandiri dan wanita pujaan serta amat dicintai oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai layaknya seorang suami ia juga turut membantu tentang rumah tangga. Setelah istrinya meninggal dunia, ia lalu berpoligami, bukan karena kesepian tetapi untuk suatu tujuan mulia. Ia menikah dengan janda2 renta dan perlu dikasihani. Hanya 1 yaitu Aisyah yang bukan golongan seperti wanita-wanita itu.
Waktupun berlalu dan nabi Muhammad SAW selalu berjuang dalam syiar Islam demi menciptakan tujuan Islam itu sendiri yaitu rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam.
Ketika Fatimah putri Nabi Muhammad SAW hendak dimadu oleh suaminya Ali bin Abi Thalib, ia sangatlah marah karena ia adalah wanita muslim yang punya pendirian dan prinsip. Iapun mengadu kepada ayahnya Nabi Muhammad SAW. Tetapi apakah junjungan kita akan memarahi putrinya? Ternyata tidak.
Fatimah dengan marah mengadu kepada ayahnya, marahlah sang ayah kepada mantunya itu. Beliau kemudian masuk masjid dan pergi ke mimbar.
"Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga.” ujar Nabi Muhammad SAW dengan lantang dan tegas.
(Jâmi’ al-Ushûl, juz XII, 162, nomor hadis: 9026).
“Inni la adzan, tsumma la adzan, tsumma la adzan, illa an ahabba ibn Abi Thalib an yuthalliq ibnati, Fathimah bidh’atun minni, yuribuni ma arabaha wayu’dzini ma adzaha”. Beliau pun mengucapkan penolakan itu sebanyak 3 kali. Akhirnya Ali bin Abi Thalib mengurungkan niatnya untuk berpoligami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar