4 Agu 2015

Kisah Panji - Kompas Minggu/2 Agustus 2015 ulasan Kompas dari cukilan buku Figur Bertopi dalam Rilief Candi


Adakah sesuatu yang luar biasa dari cerita Panji sehingga banyak artefak sejarah dan seni budaya yang mengabadikannya? Bahkan banyak filolog luar negeri yang rela bertahun-tahun untuk mencari tahu tentang Panji.

Cerita Panji merupakan asli dari Jawa Timur, bukan adaptasi dari India seperti halnya cerita Ramayana. Kisah ini merupakan epik yang mengetengahkan intrik kemanusiaan dan tata negara, religiusitas, dan ideologi. Spektrum Panji begitu luas dan tidak sekedar kisah cinta antara Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji. Panji menjadi contoh budaya Nusantara yang menyebar di Asia. Filolog Belanda, Th Pigeud, pada awal abad ke-20 telah menyebutnya sebagai sastra yang menyebar ke Lombok, Palembang, Lampung, Banjarmasin, Aceh, Campa (Kamboja), Siam (Thailand) dan Filipina.

mengenai pangeran sederhana dan manu
Sejarahwan Australia, Andrian Vickers (2009) menegaskan, Panji adalah sebuah entitas yang menyediakan wawasan tentang peradaban yang khas Asia Tenggara. Dewi Cahyono (2010) berpendapat bahwa kisah konstelasi politis yang melatar belakanginya merupakan refleksi sejarah kekuasaan dari masa Airlangga, Kertanegara hingga Hayam Wuruk. Ia menjadi bukti keberhasilan strategi kebudayaan dalam proses integrasi- disintegrasi-reintregasi bangsa hingga mencapai target doktrin politik Cakra Manggala Nusantara atau bersatunya Nusantara pada masa Gajah Mada.
Cerita Panji adalah budaya teks yang awalnya digunakan untuk menyebut sastra Jawa dari Pantai Utara Jawa.Dalam penelusurannya, Andrian Vikers menemukan versi bahasa dari sastra ini terutama bahasa Jawa dan Melayu. Dalam Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara (Pustaka Larasan 2009), diuraikan penyebaran unsur budaya Panji secara meluas. Ditemukan dongeng Panji dalam Malat, sebuah syair kidung Bali yang populer pada abad ke-18 dan ke-19 atau kisah Panji dalam Inao Thailand.
Perkerabatan teks dari pelbagai wilayah dan bahasa di Asia Tenggara ini oleh Th Pigeaud diistilahkan sebagai sastra pesisir atau sastra Pantai. Disebut demikian karena proses penyebarannya terjadi antara kerajaan-kerajaan sepanjang pesisir. Caranya melalui kontak ekonomi, politik dan budaya, yang menjadi nafas disepanjang pesisir.

Tidak ada komentar: